PIKIRAN KOKOH BAGAI BERLIAN
Artikel Dharma ke-31, Agustus 2013
Ivan Taniputera
20 Agustus 2013
Renungan kali ini diambil dari Sutra Mahavairocana:
"Hyang Buddha berkata: "Pikiran Pencerahan (bodhicitta) adalah musababnya, belas kasih agung (mahakaruna) adalah akarnya, metoda jitu (upaya) dalam pembebasan adalah yang pamungkas. Wahai penguasa segenap rahasia, apakah Pencerahan (bodhi)? Ia adalah mengenal pikiran sebagaimana adanya. Wahai penguasa segenap rahasia, bagian terkecil sekalipun dari Pencerahan nan unggul dan sejati (anuttara samyak sambodhi) tidaklah dapat dicapai melalui pikiran kecendekiaan (intelektual). Mengapa demikian halnya? Karena bodhi itu tiada berwujud, wahai penguasa segenap rahasia, dharma-dharma itu tiada berwujud. Bodhi memiliki wujud laksana angkasa."
Kutipan di atas secara gamblang menjelaskan mengenai berbagai aspek menuju Pencerahan Sempurna. Pertama-tama, seorang hendaknya membangkitkan Pikiran Pencerahan atau bodhicitta, yakni aspirasi merealisasi Pencerahan. Selanjutnya menapaki jalan menuju Pencerahan dengan berlandaskan belas kasih agung. Para bodhisattva kemudian menerapkan berbagai metoda jitu guna merealisasi pembebasan. Metoda jitu inilah yang disebut upaya. Dalam Buddhisme Zen, seorang guru akan menggunakan metoda unik guna mencerahi siswanya. Ada seorang siswa yang merealisasi pencerahan setelah melihat gurunya memadamkan obor.
Sutra di atas kembali menekankan bahwa pengenalan pikiran sebagaimana adanya adalah pencerahan. Mengenali sebagaimana adanya bukan berarti kita ingin mengubah pikiran kita menjadi ini dan itu. Sesungguhnya pikiran itu tidak dapat dimanipulasi. Semakin seseorang berupaya memanipulasi pikiran, makin besar pula keputus-asaan yang dialaminya. Dengan menerima pikiran sebagaimana adanya, pikiran akan menjadi tenang dengan sendirinya. Yang penting adalah kita senantiasa sadar dan mengamatinya.
Pencerahan nan unggul tidak dapat pula direalisasi melalui kegiatan intelektual, karena kegiatan intelektual masih beroperasi dalam berbagai "wujud" dan "karakteristik." Dengan kata lain, kegiatan intelektual masih dibangun atas berbagai definisi, simbol, dan kata-kata. Itulah sebabnya, pada kutipan di atas disebutkan bahwa Pencerahan itu "tiada berwujud." Artinya Pencerahan tidak dapat diwakili oleh simbol-simbol atau kata-kata.
Tetapi bukan berarti kegiatan intelektual tidak penting. Mengatakan bahwa kegiatan intelektual tidak penting adalah juga pandangan ekstrim. Padahal Pencerahan adalah pembebasan dari segenap pandangan ekstrim.
Semoga bermanfaat.
BACAAN LEBIH LANJUT:
Yamamoto, Chikyo. Mahavairocana Sutra, International Academy of Indian Culture and Aditya Prakashan, New Delhi, 2001.
"Hyang Buddha berkata: "Pikiran Pencerahan (bodhicitta) adalah musababnya, belas kasih agung (mahakaruna) adalah akarnya, metoda jitu (upaya) dalam pembebasan adalah yang pamungkas. Wahai penguasa segenap rahasia, apakah Pencerahan (bodhi)? Ia adalah mengenal pikiran sebagaimana adanya. Wahai penguasa segenap rahasia, bagian terkecil sekalipun dari Pencerahan nan unggul dan sejati (anuttara samyak sambodhi) tidaklah dapat dicapai melalui pikiran kecendekiaan (intelektual). Mengapa demikian halnya? Karena bodhi itu tiada berwujud, wahai penguasa segenap rahasia, dharma-dharma itu tiada berwujud. Bodhi memiliki wujud laksana angkasa."
Kutipan di atas secara gamblang menjelaskan mengenai berbagai aspek menuju Pencerahan Sempurna. Pertama-tama, seorang hendaknya membangkitkan Pikiran Pencerahan atau bodhicitta, yakni aspirasi merealisasi Pencerahan. Selanjutnya menapaki jalan menuju Pencerahan dengan berlandaskan belas kasih agung. Para bodhisattva kemudian menerapkan berbagai metoda jitu guna merealisasi pembebasan. Metoda jitu inilah yang disebut upaya. Dalam Buddhisme Zen, seorang guru akan menggunakan metoda unik guna mencerahi siswanya. Ada seorang siswa yang merealisasi pencerahan setelah melihat gurunya memadamkan obor.
Sutra di atas kembali menekankan bahwa pengenalan pikiran sebagaimana adanya adalah pencerahan. Mengenali sebagaimana adanya bukan berarti kita ingin mengubah pikiran kita menjadi ini dan itu. Sesungguhnya pikiran itu tidak dapat dimanipulasi. Semakin seseorang berupaya memanipulasi pikiran, makin besar pula keputus-asaan yang dialaminya. Dengan menerima pikiran sebagaimana adanya, pikiran akan menjadi tenang dengan sendirinya. Yang penting adalah kita senantiasa sadar dan mengamatinya.
Pencerahan nan unggul tidak dapat pula direalisasi melalui kegiatan intelektual, karena kegiatan intelektual masih beroperasi dalam berbagai "wujud" dan "karakteristik." Dengan kata lain, kegiatan intelektual masih dibangun atas berbagai definisi, simbol, dan kata-kata. Itulah sebabnya, pada kutipan di atas disebutkan bahwa Pencerahan itu "tiada berwujud." Artinya Pencerahan tidak dapat diwakili oleh simbol-simbol atau kata-kata.
Tetapi bukan berarti kegiatan intelektual tidak penting. Mengatakan bahwa kegiatan intelektual tidak penting adalah juga pandangan ekstrim. Padahal Pencerahan adalah pembebasan dari segenap pandangan ekstrim.
Semoga bermanfaat.
BACAAN LEBIH LANJUT:
Yamamoto, Chikyo. Mahavairocana Sutra, International Academy of Indian Culture and Aditya Prakashan, New Delhi, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar