PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP MINUMAN KERAS
Ivan Taniputera
14 Mei 2013
Kemarin malam saya bermimpi mengambil sejilid Digha Nikaya
dari sebuah rak yang berdebu. Barangkali ini merupakan "petunjuk" bagi
saya agar mempelajari kembali Digha Nikaya. Hari ini saya membuka
kembali Digha Nikaya saya dan berupaya mencari ajaran apa yang sekiranya
bermanfaat untuk dibagikan, yakni yang relevan bagi kondisi dewasa ini.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada Sigalaka Sutta, yakni Sutta
ke-31 dalam kumpulan Digha Nikaya. Di dalamnya terdapat bagaimana
nasihat Hyang Buddha mengenai minuman keras. Marilah kita cermati
bagaimana ajaran Hyang Buddha tersebut.
"Hawa nafsu keinginan rendah dan kebencian, kekhawatiran beserta kebodohan:
Ia yang melanggar hukum atau melakukan kejahatan karena hal-hal tersebut.
Kehilangan seluruh nama baiknya
Laksana rembulan saat mengecil tampilannya.
Hawa nafsu keinginan rendah dan kebencian, kekhawatiran beserta kebodohan:
Ia yang tidak pernah menjadi budak bagi hal-hal tersebut
Menumbuhkan kebajikan dan nama baiknya akan meningkat
Laksana rembulan saat membesar tampilannya.
.............
Terdapat
enam bahaya karena pencandu minuman keras beserta obat-obatan:
membuang-buang uang, mengalami banyak pertengkaran, mudah sakit,
kehilangan nama baik, dicela oleh orang lain, dan kepandaian akan
melemah.
Berdasarkan kutipan di atas, jelas sekali bahwa minuman
keras banyak mendatangkan kerugian. Minuman keras merupakan musabab bagi
berbagai jenis kejahatan. Karena minuman keras seseorang melakukan
pencurian, pemerasan, dan beragam tindak kekerasan lainnya. Oleh
karenanya, minuman keras membawa seseorang lebih dekat ke alam neraka.
Selain itu, minuman keras meruntuhkan kesehatan dan kesadaran seseorang.
Oleh karenanya, kita harus dengan berani menyatakan "tidak" pada
minuman keras. Apabila menjauhkan diri dari minuman keras, kita akan
semakin dekat pada kebahagiaan.
Kehidupan sebagai manusia
sangatlah berharga, sehingga sangat disayangkan jika kita melakukannya
untuk hal-hal yang tak berguna. Berapa lama manusia dapat hidup? Tidak
ada seorangpun yang tahu, tetapi yang pasti kurun waktu kehidupan adalah
terbatas. Pada masa yang terbatas tersebut, mengapa kita tidak
melakukan kebajikan dan sesuatu yang bermanfaat? Kita hendaknya tidak
mengisi hidup ini dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Marilah kita
renungkan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar