MANTRA PENYIRNA KEGALAUAN
Ivan Taniputera
4 Desember 2012
Selama beberapa hari ini, kita telah membahas mengenai kegalauan.
Kini kita akan mengulas mengenai mantra penyirna kegalauan. Begitu
mendengar mengenai mantra penyirna kegalauan, mungkin sebagian orang
akan berkata dengan nada mengejek, "Wah, apakah ada mantra semacam itu?"
Selaini itu, juga masih banyak tanggapan lainnya. Sebenarnya ada mantra
ampuh penyirna kegalauan. Bunyinya adalah:
"MENYEBERANGLAH, MENYEBERANGLAH KE PANTAI SEBERANG, PANTAI KEBAHAGIAAN."
Bagi sebagian orang, tentunya ada yang sudah langsung memahami makna
mantra tersebut. Namun ada baiknya kita tetap membahas seluk beluk dan
bagaimana mantra itu dapat mengatasi kegalauan. Pertama-tama kita
membahas dahulu apa yang dimaksud dengan Pantai Seberang. Pantai
Seberang itu adalah lawan dari Pantai Sini. Pantai Sini adalah tempat
yang dipenuhi dengan kegalauan, penderitaan, kesedihan, usia tua,
penyakit, kematian, dan hal-hal buruk lainnya. Sedangkan Pantai Seberang
adalah "tempat" yang bebas kegalauan. Anda boleh menyebutnya "Pantai
Bebas Galau." Kini tinggal Anda menyeberang saja menuju "Pantai Bebas
Galau" itu. Caranya adalah dengan menggunakan perahu KESADARAN. Anda
menyadari saja kegalauan itu, tanpa berkeinginan mengatasinya. Anda
memahami bahwa kegalauan itu ada karena sosok khayal yang disebut sang
"aku," sebagaimana yang sudah diulas pada catatan sebelumnya. Semakin
Anda mencoba mengatasi kegalauan, Anda akan semakin putus asa, karena
sosok khayal tersebut makin berperanan dan punya keinginan lebih besar
dalam mengatasi kegalauan. Anda tidak bisa mengatasi suatu permasalahan
dengan mengandalkan sesuatu yang khayali sifatnya. Itu adalah upaya yang
sia-sia. Bagaimana perut Anda akan kenyang hanya dengan mengkhayalkan
mengenai nasi goreng. Itu adalah sesuatu yang mustahil.
Sang "aku" ingin menyirnakan kegalauan, tetapi dia sendiri adalah
sosok khayalan, lalu bagaimana dia dapat melakukannya? Sama dengan Anda
minta tolong pada Superman atau Batman. Sangat tidak masuk akal. Oleh
karenanya, kita harus membuang keinginan menyirnakan kegalauan. Kita
hanya menyadari saja, bahwa kegalauan adalah seperti ini adanya. Jangan
ada upaya mengkritik, mencela, atau menyalahkan diri sendiri. Dengan
adanya kesadaran, semuanya akan mengendap. Ibaratnya adalah air yang
keruh oleh pasir. Semakin Anda mengaduk-aduk air itu, maka airnya akan
semakin keruh. Namun jika Anda membiarkan saja air itu, maka pasirnya
akan mengendap sendiri dan airnya menjadi jernih. Pikiran kita yang
galau adalah seperti itu, ibaratnya adalah air yang keruh oleh pasir.
Jika kita aduk terus, kekeruhan justru semakin bertambah. Namun jika
kita hanya menyadari saja, maka lambat laun ia akan mengendap dan
pikiran menjadi jernih kembali. Kegalauan sirna. Demikianlah yang
dimaksud berlayar menuju Pantai Seberang atau Pantai Bebas Galau.
Kendarailah perahu kesadaran Anda.
Dengan menyadari dan memahami Anda akan tiba di Pantai Bebas Galau.
Sekali lagi, praktik kesadaran dan pemahaman ini bukan untuk menghakimi
atau mencela sesuatu, melainkan hanya menyadari saja. Tidak lebih dari
itu. Bila Anda masih mengembangkan pandangan dualitas, itu berarti bahwa
Anda masih mengaduk-aduk air yang keruh. Pasirnya akan semakin
mengeruhkan air. Namun, jika Anda sanggup menjadi pengamat saja, airnya
lambat laun akan jernih. Penyadaran ini juga bukan berarti Anda
bertanya-tanya, "Kapan kegalauanku sirna?" Perhatikan kata "ku" dalam
"kegalauanku." Dengan adanya "ku" berarti masih ada kesan sang "aku."
Padahal itu hanya sosok khayalan yang Anda ciptakan. Anda mengundang
kembali sosok khayalan tersebut masuk kembali dalam kehidupan Anda,
sehingga kegalauan juga akan tetap ada.
Begitu Anda sudah sampai di Pantai Seberang, Anda akan menyadari
bahwa sebenarnya Anda masih di Pantai Sini juga. Karena begitu kita
menyelami hakikat segala sesuatu sebagaimana adanya, Sini dan Seberang
juga adalah ilusi. Anda ternyata juga masih berada di Pantai Sini,
karena ruang dan waktu sebenarnya adalah ilusi yang kita proyeksikan ke
masa sekarang. Namun, kita tidak akan membahas hal ini lebih jauh.
Selamat mengendarai perahu kesadaran Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar