ARTIKEL DHARMA KE-48: SIAPAKAH KAUM TERBUANG?-RENUNGAN ATAS VASALA SUTTA-SUTTA NIPATA.
.
Ivan Taniputera.
14 Juni 2017.
.
Pada
kesempatan kali ini, kita akan melakukan renungan terhadap Vasala Sutta
yang menjadi bagian Sutta Nipata. Kita akan menarik berbagai intisari
ajaran yang terdapat di dalamnya.
.
Pertama-tama,
pada sutta ini Buddha mengajarkan bahwa mulia dan tidaknya seseorang
bukan diperoleh atas dasar keturunan, melainkan atas perilaku luhur yang
dimilikinya.
.
Agar
dapat memahami sutta ini lebih baik, maka kita perlu sedikit mengenal
latar belakang tradisi yang berlaku di India pada masa tersebut.
Terdapat sekelompok orang yang disebut “kaum terbuang.” Mereka ini
adalah orang-orang yang para leluhurnya dahulu pernah melakukan suatu
kesalahan, sehingga akhirnya dikeluarkan dari masyarakat. Kaum ini
menempati lapisan paling bawah atau rendah pada jenjang hirarki sosial
di India. Mereka akan dijauhi dan dianggap hina, serta sering
diperlakukan tidak baik.
.
Oleh
karenanya, Hyang Buddha lalu mengajarkan apakah sesungguhnya yang
dimaksud “kaum terbuang” itu. Beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut.
.
Pertama-tama,
Hyang Buddha membabarkan ajaran dalam bentuk syair, bahwa orang penuh
amarah, dendam, berjiwa munafik, dan berpandangan salah adalah “kaum
terbuang” yang sesungguhnya.
.
Orang yang mencelakai makhluk lain tanpa berbelas kasihan adalah “kaum terbuang” sesungguhnya.
Orang yang melakukan pembantaian (genosida), membawa kehancuran, dan penindasan adalah “kaum terbuang” sesungguhnya.
Orang yang mencuri milik orang lain adalah “kaum terbuang” sesungguhnya.
Orang
yang mengingkari hutang-hutangnya (berhutang tetapi sewaktu ditagih ia
menyatakan tidak berhutang atau menolak membayar) adalah “kaum terbuang”
sesungguhnya.
Orang
yang tidak menyantuni mereka yang patut menerimanya padahal mempunyai
harta kekayaan berlimpah adalah “kaum terbuang” sesungguhnya.
Orang yang tidak menghormati mereka yang patut dihormati dan bahkan mencelanya adalah “kaum terbuang” sesungguhnya.
.
Dengan
demikian “terbuang” dan tidaknya seseseorang semata-mata ditentukan
oleh perilakunya sendiri. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya
seseoranglah yang telah membuang dirinya sendiri melalui perilaku buruk
dan tidak layak. Agar dapat menuai keberuntungan dan keberhasilan dalam
hidup, kita hendaknya senantiasa waspada serta mawas diri. Jangan sampai
kita “membuang” diri kita sendiri.
.
Demikianlah sedikit renungan kita atas Vasala Sutta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar