Rabu, 22 Februari 2012

Etika Bisnis Buddhis

Etika Bisnis Buddhis

Ivan Taniputera
22 Februari 2012




Baru-baru ini saya membaca di surat kabar mengenai orang yang mendaur-ulang makanan kadaluarsa dan menjualnya kembali. Tindakan ini sungguh merugikan dan membahayakan kesehatan konsumen. Dewasa ini, banyak orang mengabaikan etika bisnis demi kepentingannya sendiri. Lalu bagaimanakah etika bisnis menurut Buddhadharma? Sesungguhnya banyak terdapat ajaran dalam Sutra yang dapat dikaitkan dengan prinsip bisnis bermoral selaras Buddhadharma. Salah satu di antaranya adalah kutipan sebagai berikut yang berasal dari Sutra Saddharmapundarika:

"Aku adalah ayah dari segenap makhluk dan haruslah Ku-renggut mereka dari derita serta memberikan mereka berhak daripada Keibijaksanaan Buddha... " (bab III)

Berdasarkan kutipan di atas jelas sekali bahwa Hyang Buddha menyatakan dirinya sebagai ayah bagi segenap makhluk. Oleh karena itu, kita perlu meneladani Hyang Buddha dengan tidak mencelakakan makhluk lain. Apabila kita menjual atau memperdagangkan sesuatu yang mengandung substansi berbahaya, itu berarti kita tidaklah menjadi "ayah" bagi segenap makhluk. Tidak mungkin seorang ayah yang baik memberikan sesuatu yang buruk bagi anak-anaknya. Dengan demikian, kita akan memberikan yang terbaik bagi orang lain. Kita tidak akan mungkin memberikan pewarna makanan sebagai makanan bagi anak-anak kita. Tidak mungkin kita memberikan makanan kadaluarsa bagi anak-anak kita.

Apakah kita akan kalah dalam persaingan jika menerapkan etika bisnis Buddhis? Jawabannya tentu tidak. Karena meskipun kita mendapatkan lebih sedikit keuntungan karena tidak berupaya menghalalkan segala cara, namun orang akan mempercayai kita. Jikalau orang yakin bahwa barang yang kita jual pasti baik kualitasnya, mereka akan tetap mencari kita karena merasakan adanya rasa aman. Sebagai contoh, bila orang yakin bahwa makanan yang kita jual bebas pewarna tekstil, tentu ini merupakan nilai jual tersendiri.

Selanjutnya, bisnis kita hendaknya tidaklah melibatkan hal-hal yang berpotensi menambah keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Ini adalah salah satu prinsip mendasar dalam Buddhisme. Hyang Buddha tentu tidak menginginkan anak-anaknya bertumbuh dalam keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

Demikianlah sekelumit prinsip etis Buddhis dalam berbisnis. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar